Friday, May 20, 2016

Patofisiologi fraktur Patela


Mekanisme fraktur
1. Trauma langsung/Direct
a.  Disebabkan karena penderita jatuh dalam posisi lutut flexi dimana patella terbentur dengan lantai
b.  Karena diatas patella hanya terdapat subcutis dan kutis, sehingga dengan benturan tersebut tulang patella mudah patch
c.  Biasanya jenis patahnya comminutiva (stelata), pada jenis patah ini biasanya medial dan lateral quadrisep expansion tidak ikut robek, hal ini menyebabkan penderita masih dapat melakukan extensi lutut melawan gravitasi
2. Trauma tak langsung/Indirect
a.  Karena tarikan yang sangat kuat dan otot quadrisep yang membentuk musculotendineus melekat pada patella, sering terjadi pada penderita yang jatuh dengan tungkai bawah menyentuh tanah terlebih dahulu dan otot quadrisep kontraksi secara keras untuk mempertahanakan kestabilan lutut.
b.  Biasanya garis patahnya transversal avulse ujung atas atau ujung bawah dan patella
Klasifikasi fraktur Patela berdasarkan patologinya
1. Trauma langsung/Direct
  • Fraktur comminutiva
2. Trauma tak langsung/Indirect
  • Garis fraktur transversal
  • Fraktur avulsi patela transversal, yang fragmen proksimalnya tertarik menjauhi fragmen lain. Kelainan ini termasuk cedera alat ekstensi lutut
Pemeriksaan Klinik Radiologis Fraktur Patela
Anamnesa
  • Ditemukan adanya riwayat trauma
  • Penderita tak dapat melakukan extensi lutut, biasanya terjadi  pada trauma indirect dimana patahnya transversal dan quadrisep mekanisme robek
  • Pada trauma direct dimana patahnya comminutiva medial dan lateral, quadrisep expansion masih utuh sehingga penderita masih dapat melakukan extensi lutut
Pemeriksaan Klinik
  • Pada lutut ditemukan pembengkakan disebabkan hemarthrosis
  • Pada perabaan ditemukan patela mengambang (floating patella)
Pemeriksaan Radiologis
  • Dengan proyeksi AP dan lateral sudah cukup untuk melihat adanya fraktur patela
  • Proyeksi sky-line view kadang-kadang untuk memeriksa adanya fraktur patela incomplete
Metode fiksasi luar dan dalam pada fraktur Patela
  • Pengobatan fraktur patela biasanya dengan reduksi terbuka dan fiksasi interna pada patella. Fiksasi interna yang paling efektif ialah dengan benang kawat melingkari patela dikombinasi dengan kawat berbentuk angka delapan.
  • Pengobatan fraktur patela comminutiva yang terdapat haemorthrosis, dilakukan aspirasi haemorthrosis, diikuti pemakaian
Non operatif
  • Untuk fraktur patela yang undisplaced
  • Bila terjadi haemarthrosis dilakukan punksi terlebih dahulu
  • Kemudian dilakukan imobilisasi dengan pemasangan gips dan pangkal paha sampai pergelangan kaki. Posisi lutut dalam fleksi sedikit (5-10) dipertahankan 6 minggu.
Operatif
  • Pada fraktur transversal dilakukan reposisi, difiksasi dengan teknik tension band wiring
  • Bila jenis fraktur comminutiva dilakukan rekronstruksi fragmennya dengan K-wire, baru dilakukan tension band wiring
  • Bila fragmen terlalu kecil sehingga tidak mungkin untuk dilakukan rekronstruksi, dilakukan patellectomi (hal ini menimbulkan kelemahan quadrisep expansion)
Komplikasi pasca penanganan fraktur Patela dan penanganannya
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah terjadinya kondromalasia pada patela dan artrosis degeneratif
Rehabilitasi pasca fraktur Patela
Rehabilitasi fraktur patela pasca bedah dapat dilakukan mobilisasi segera. Fleksi maksimal dihindarkan hingga minggu ke-10.
Komplikasi
  • Malunion dan Non-union
  • Sindrom Kompartemen
  • Infeksi
  • Neurovascular injury
  • Radioulnar synostosis
Follow-Up
Pemeriksaan X-ray ulang dilakukan 1-2 minggu kemudian untuk menilai ada tidaknya loss of reduction. Plaster dipertahankan sampai terjadinya union 34 minggu pada anak-anak usia 10 tahun dan 1-2 minggu pada anak usia 4 tahun.
Rujukan ke dokter spesialis orthopaedi
Pada kasus-kasus fraktur radius ulna yang memerlukan tindakan operasi/rekonstruksi, dirujuk ke dokter spesialis orthopaedi.

No comments:

Post a Comment