Friday, May 20, 2016

Low Back Pain



Low Back Pain (LBP) atau nyeri pinggang bawah merupakan kondisi yang sering dialami oleh banyak orang. LBP dapat disebabkan oleh banyak hal, termasuk juga diantaranya gangguan saraf dan tumor.
Pada umumnya timbulnya rasa sakit pada pinggang bagian bawah disebabkan karena adanya tekanan pada susunan saraf tepi daerah pinggang atau saraf terjepit. Jepitan pada saraf ini dapat terjadi karena :


  • gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya
  • gangguan pada saraf tulang belakang
  • trauma tulang belakang, dan kelainan tulang belakang
  • olahraga yang teratur, khususnya berenang
  • mengatur asupan dengan menghindari makanan-makanan yang mengandung banyak lemak dan asam urat untuk memperlambat terjadinya pengapuran tulang belakang
  • mencegah terjadinya kelebihan berat badan
  • hidup yang teratur dan menghindari stres
  • keluhan nyeri dan tidak nyaman tersebut tidak juga berkurang atau membaik setelah program penatalaksanaan konservatif
  • terjadi gangguan fungsi saraf akibat kelainan struktur tulang belakang
  • terjadi perubahan struktur tulang belakang yang berpotensi menimbulkan gangguan stabilitasnya


LBP juga dapat terjadi karena kelainan di tempat lain, misalnya infeksi atau batu ginjal, kehamilan, masalah pada organ reproduksi, ataupun tumor yang terjadi lokal pada tulang pinggang atau terjadi di tempat lain namun mengalami penyebaran ke tulang belakang. Gejala LBP antara lain nyeri otot, nyeri menusuk atau tajam, rasa tidak nyaman atau nyeri di daerah pinggang, nyeri yang menjalar ke tungkai bawah sampai ke kaki, fleksibilitas atau rentang gerak sendi punggung terbatas, serta kesulitan untuk berdiri tegak.
Diagnosis yang biasa dilakukan pada keluhan LBP adalah dengan melakukan pemeriksaan laboratorium untuk urin dan darah, pemeriksaan radiologi dengan x-ray tulang belakang, MRI, dan CT Scan, serta pemeriksaan neurofisiologi menggunakan EMG (electromyography). Penanganan nyeri pinggang bawah sangat tergantung dari penyebab nyeri itu sendiri. Setiap kasus harus ditangani secara individual untuk mengetahui penyebab dari keluhannya, sehingga dapat dikelola dengan tepat.
Kebanyakan nyeri pinggang akan membaik dengan perawatan dan istirahat di rumah, atau dapat juga dengan obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas. Namun apabila rasa sakit tidak juga berkurang, dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih terpadu antara obat, program rehabilitasi medik, dan perbaikan pola hidup.
Upaya efektif yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup:
Namun, apabila penanganan di atas tidak memperbaiki kualitas hidup pasien, perlu dipertimbangkan tindakan operatif untuk memperbaiki kelainan anatomi atau struktur tulang belakang yang menimbulkan keluhan pasien. Tindakan operatif dapat dipertimbangkan bila:





















Pengertian Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit Parkinson adalah terjadinya tremor atau gemetaran. Tapi gejala-gejala penyakit Parkinson pada tahap awal sulit dikenali, misalnya:
  • Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh.
  • Gemetaran halus pada salah satu tangan saat beristirahat.
penyakit parkinson - Alodokter
Setelah gejala awal di atas, maka akan muncul gejala-gejala yang akan dialami oleh penderita penyakit Parkinson:
  • Tremor makin parah dan menyebar.
  • Otot terasa kaku dan tidak fleksibel.
  • Pergerakan menjadi lambat.
  • Berkurangnya keseimbangan dan juga koordinasi tubuh.
Penderita penyakit ini juga bisa mengalami gejala fisik dan psikologis lain seperti depresi,konstipasi, sulit tidur atau insomnia, kehilangan indera penciuman atau anosmia, bahkan muncul masalah daya ingat.

Penderita Penyakit Parkinson

Di seluruh dunia, diperkirakan terdapat 6,3 juta orang yang menderita penyakit Parkinson. Penyakit ini memengaruhi segala macam ras dan budaya. Semua orang bisa terkena penyakit ini, tapi lebih umum terjadi pada kalangan orang tua dan lebih cenderung terjadi kepada laki-laki.
Kebanyakan orang mulai mengalami gejala penyakit Parkinson ketika usia mereka memasuki 50 tahun. Tapi ada sekitar 5 persen orang yang mengalami gejalanya pada usia 40 tahun.

Penyebab Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson memengaruhi bagian kecil dari otak tengah yang bernama susbstantia nigra. Fungsi dari substantia nigra adalah mengirim pesan ke saraf-saraf di saraf tulang belakang yang mengendalikan otot-otot pada tubuh. Pesan dikirimkan dari sel otak, ke saraf dan otot dengan memanfaatkan senyawa kimia yang disebut neurotransmiter. Salah satu neurotransmiter utama yang dihasilkan oleh sel otak di substantia nigra adalahdopamine.
Pengaturan gerakan dari tubuh sangat dipengaruhi oleh dopamine. Saat jumlahdopamine menurun akan menyebabkan aktivitas otak akan terganggu. Inilah yang menyebabkan munculnya tanda-tanda dan gejala penyakit Parkinson.
Penyebab menurunnya dopamine ini masih belum diketahui. Tapi terdapat beberapa faktor yang bisa memicu hal ini, seperti faktor keturunan dan faktor lingkungan.

Pengobatan Penyakit Parkinson

Hingga saat ini, penyakit Parkinson belum memiliki obat penyembuhnya. Pengobatan dan juga penanganan yang tersedia hanya ditujukan untuk meringankan gejala yang dialami. Pengobatan dilakukan untuk menjaga kualitas hidup penderita agar bisa beraktivitas senormal mungkin.
Langkah penanganan yang tersedia adalah fisioterapi, obat-obatan, dan jika perlu, operasi. Penyakit Parkinson pada tahap awal, gejalanya cenderung ringan dan tidak perlu dilakukan penanganan khusus. Tapi demi mengetahui perkembangan kondisi, pemeriksaan rutin akan dilakukan.
Kini perkembangan pengobatan penyakit Parkinson sudah cukup maju. Penderita kondisi ini bisa hidup semaksimal mungkin dengan menjalani kemajuan teknik pengobatan dan penanganan yang ada.
Seiring dengan berkembangnya penyakit ini, penderita Parkinson akan memerlukan bantuan orang lain dalam melakukan rutinitas sehari-hari. Ada sebagian yang sangat terbantu oleh pengobatan tapi ada juga sebagian yang merasakan efek yang terbatas dari pengobatan.
Penyakit Parkinson menyerang penderitanya dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan ini terbentuk karena gejala-gejala yang dialami bisa beragam.
Awalnya, gejala yang muncul cukup ringan dan mungkin terabaikan. Tetapi gejala-gejala tersebut kemudian akan berangsur-angsur memburuk.
Terdapat beberapa gejala umum yang muncul pada penderita penyakit Parkinson. Di antaranya meliputi:
  • Tremor. Gemetaran yang tidak bisa dikendalikan. Biasanya gejala ini muncul pada satu bagian tubuh, terutama tangan dan jari. Gemetaran terjadi saat bagian tubuh tersebut diam atau beristirahat. Tremor merupakan salah satu gejala utama kondisi ini.
  • Bradikinesia atau melambatnya gerakan. Setelah beberapa lama, penyakit Parkinson akan mengurangi koordinasi gerakan tubuh Anda dan menjadikannya lebihlambat. Aktivitas sederhana menjadi sulit untuk dilakukan. Misalnya langkah yang lebih pendek saat berjalan dan kesulitan untuk bangkit dari tempat duduk.
  • Kekakuan otot atau rigiditas. Otot besar dan kecil menjadi kaku maupun tegang. Hal ini membuat ekspresi wajah dan pergerakan tubuh menjadi sangat terbatas dan juga menyebabkan rasa sakit akibat kram otot.
  • Gangguan keseimbangan. Penderita akan mengalami gangguan keseimbangan sehingga lebih berisiko untuk jatuh.
  • Kehilangan kemampuan gerak otomatis. Frekuensi gerakan-gerakan yang terjadi tanpa kita sadari perlahan mulai menurun. Misalnya kedipan mata dan ayunan tangan ketika berjalan.
  • Perubahan cara bicara. Cara bicara bisa menjadi lembut, lebih cepat, tidak jelas, atau merasa ragu sebelum bicara.
  • Depresi dan serangan kecemasan. Karena belum adanya obat untuk menyembuhkan penyakit Parkinson, kondisi ini bisa membuat pasien merasa depresi dan khawatir akan masa depannya.
  • Gangguan tidur atau insomnia.
  • Demensia. Gejala ini berarti bahwa penderita bukan hanya mengalami gangguan ingatan, tapi kepribadiannya bisa berubah dan bahkan mengalami delusi serta halusinasi.
  • Hilangnya indera penciuman. Kondisi ini bisa muncul beberapa tahun sebelum gejala lain muncul.
  • Inkontinensi urin.
  • Sakit saraf. Penyakit Parkinson bisa menyebabkan sensasi rasa terbakar, dingin, dan mati rasa.
  • Konstipasi atau sembelit.
  • Kesulitan menelan makanan. Masalah ini bisa mengakibatkan terjadinya kekurangan nutrisi dan dehidrasi.
Perlu diketahui, tidak semua penderita penyakit Parkinson mengalami seluruh gejala di atas. Ada sebagian penderita penyakit Parkinson yang hanya mengalami gejala ringan dan tidak mengganggu aktivitas keseharian mereka.
Penyakit Parkinson disebabkan oleh berkurangnya dopamine dalam otak yang menyebabkan aktivitas otak tidak bisa berfungsi normal. Penyebab menurunnyadopamine hingga kini bisa belum diketahui. Tapi beberapa faktor yang bisa memicu penurunan dopamine ini adalah:
  • Faktor keturunan. Mutasi genetik tertentu bisa menyebabkan meningkatnya risiko terkena penyakit Parkinson. Diduga ada gen yang tidak sehat yang disalurkan kepada anak oleh orang tua, tapi hal ini sangat jarang terjadi.
  • Faktor lingkungan. Pajanan terhadap racun tertentu yang ada di lingkungan bisa meningkatkan risiko terkena penyakit Parkinson, misalnya pestisida, herbisida, asap kendaraan bermotor, dan polusi pabrik. Tapi risikonya cukup kecil dan belum ada bukti kuat yang bisa dikaitkan dengan penyakit Parkinson.
Terdapat beberapa faktor lain yang menyebabkan munculnya gejala utama dari penyakit Parkinson, seperti tremor, otot kaku, dan melambatnya gerakan. Tapi faktor-faktor ini hanya menimbulkan gejala Parkinson dan tidak berarti orang yang mengalaminya menderita penyakit Parkinson. Faktor yang dimaksud adalah:
  • Efek samping obat-obatan. Ada beberapa obat yang bisa mengakibatkan munculnya gejala Parkinson seperti tremor dan otot yang kaku.
  • Stroke. Jika terjadi serangan stroke yang parah, beberapa bagian otak bisa tidak berfungsi lagi.
  • Gangguan otak lainnya yang bersifat progresif.
  • Diagnosis Penyakit Parkinson 
  • Pada tahap awal, penyakit Parkinson sangat sulit untuk didiagnosis. Hingga saat ini, belum ada satu tes khusus untuk memastikan adanya penyakit Parkinson tapi dokter akan memeriksa gejala yang muncul, riwayat kesehatan, dan melakukan beberapa tes mental atau fisik sederhana.
    Tidak ada tes darah maupun tes laboratorium yang bisa memastikan diagnosis penyakit Parkinson. Oleh karena itu, deteksi dini terhadap penyakit ini makin sulit. Tes lain sepertiCT scan dan juga MRI bisa dilakukan untuk memastikan gejala yang ada bukan karena penyakit lain.
    Saat penyakit Parkinson bertambah parah, terkadang gejalanya sulit untuk dikenali, dan bisa disalahartikan dengan penyakit lainnya. Gejala tremor bisa tidak terlihat ketika pasien duduk, dan perubahan postur yang terjadi bisa dianggap sebagai akibat dari osteoporosis. Perlu diketahui, ada beberapa penderita penyakit Parkinson yang tidak memiliki gejala tremor.
    Dokter akan mengamati gejala pada pasien selama beberapa waktu. Gejala seperti tremor, kekakuan otot, serta lambatnya gerakan akan diperhatikan. Pemeriksaan fisik seperti gerakan refleks, keseimbangan, kekuatan otot, dan fungsi otak juga akan dilakukan oleh dokter.
    Diagnosis penyakit Parkinson akan berdasarkan pada penelitian dokter akan sifat dan gerakan pasien serta tes fisik dan mental yang dilakukan.
  • PENYAKIT PARKINSON

    Pengobatan Penyakit Parkinson

    Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit Parkinson difokuskan untuk meredakan gejala yang muncul dan juga menjaga agar pasien bisa tetap beraktivitas sehari-hari semaksimal mungkin. Hingga kini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya.
    Pada tahap awal penyakit Parkinson, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan, mengingat gejala yang terjadi masih ringan. Tapi pertemuan rutin dengan dokter dianjurkan untuk mengawasi kondisi kesehatan Anda.
    Pelajari dan tanyakan risiko dan manfaat tiap jenis pengobatan yang dilakukan untuk penyakit Parkinson. Dengan ini, Anda bisa lebih mudah dalam menentukan dan mengikuti proses pengobatan yang ada.

    Terapi untuk Penyakit Parkinson

    Berikut ini adalah beberapa terapi yang disarankan untuk membantu meredakan gejala yang muncul akibat penyakit Parkinson:
    • Fisioterapi. Terapi ini berfungsi untuk membantu penderita mengatasi kekakuan otot dan juga rasa sakit pada persendian ketika bergerak. Jadi dengan terapi ini penderita bisa bergerak dengan leluasa dan mempertahankan kelenturan tubuh. Terapi ini akan melatih kemampuan dan stamina agar penderita bisa melakukan aktivitas tanpa bergantung kepada orang lain.
    • Perubahan menu makanan. Salah satu gejala dari penyakit Parkinson adalah terjadinya konstipasi. Kondisi ini bisa dikurangi dengan lebih banyak mengonsumsi air dan makanan berserat tinggi. Jika penderita mengalami tekanan darah rendah terutama saat bangkit berdiri, asupan garam bisa ditingkatkan untuk membantu mengatasinya.
    • Terapi wicara. Penderita penyakit Parkinson cenderung mengalami kesulitan atau bermasalah dalam berbicara. Jika diperlukan, ahli terapi wicara bisa membantu meningkatkan cara berbicara.

    Obat-obatan Penyakit Parkinson

    Gejala-gejala utama, seperti tremor dan gangguan pada pergerakan tubuh, bisa dikurangi dengan obat-obatan. Tapi tidak semua obat cocok untuk semua orang, dan reaksi terhadap obat itu juga berbeda-beda. Berikut ini adalah obat-obatan yang biasa diberikan:
    • Levodopa. Obat ini diserap oleh sel-sel saraf dalam otak dan diubah menjadi senyawa kimia dopamine. Dengan meningkatkan kadar dopamine, levodopa membantu mengatasi gangguan pergerakan tubuh. Jenis obat levodopa yang lain yang dipakai untuk mengatasi gangguan suasana hati adalah duodopa.
    • Dopamine agonist. Obat ini berfungsi untuk menggantikan dopamine di dalam otak dengan efek yang sama seperti levodopa. Dopamine agonist umumnya digunakan pada tahap awal Parkinson karena efek samping yang ditimbulkan tidak sekuat levodopa.
    • Monoamine oxidase-b inhibitors (MAO-B). Obat ini berfungsi menghambat senyawa kimia otak yang menghancurkan dopamine. Yang termasuk dalam MAO-B adalahselegiline dan rasagiline. MAO-B bisa dikonsumsi bersamaan dengan levodopa ataudopamine agonist. Obat ini membantu meredakan gejala penyakit Parkinson, meski dampaknya tidak sekuat levodopa.
    • Catechol-O-methyltransferase inhibitor (COMT). Obat ini khusus diberikan kepada orang dengan penyakit Parkinson di tahap lanjutan. Obat ini menghambat enzim yang menghancurkan levodopa.
    Untuk mengetahui dosis, aturan pakainya, tanyakan kepada dokter yang menangani Anda. Selain itu, tanyakan tentang efek dan risiko dari masing-masing obat-obatan terhadap tubuh Anda.

    Operasi pada Penyakit Parkinson

    Operasi hanya dianjurkan jika penanganan dengan obat-obatan pada penyakit Parkinson tidak bisa meredakan gejala yang muncul. Operasi ini dikenal sebagai deep brain stimulisation atau stimulasi otak dalam yang bekerja dengan merangsang bagian otak yang terganggu akibat penyakit Parkinson. Walau tidak menyembuhkan, prosedur ini mampu mengurangi gejala Parkinson bagi sebagian penderitanya.

    Mengatasi Gejala Lain Akibat Penyakit Parkinson

    Penyakit Parkinson dapat menimbulkan gejala lanjutan lain seperti depresi dan serangan kecemasan. Untuk mengatasinya, Anda bisa lakukan penanganan sendiri, terapi, atau dengan obat-obatan. Baca selengkapnya tentang pengobatan depresi.
    Insomnia yang muncul akibat penyakit Parkinson bisa diatasi dengan cara mengatur rutinitas waktu tidur Anda. Terapi dan obat-obatan juga bisa membantu dalam mengatasi insomnia. Baca selengkapnya tentang pengobatan insomnia.
    Untuk mengatasi gejala inkontinensia urin, Anda bisa berlatih cara mengencangkan otot panggul, menggunakan dengan obat-obatan dan operasi pada kasus yang parah.
    Penderita Parkinson juga dapat mengalami disfagia atau kesulitan dalam menelan. Ketika ini terjadi, makanan akan perlu diproses dan dilembutkan sebelum diberi kepada penderita.

TENTANG PENYAKIT ATAKSIA (ATAXIA)


Ataksia sering muncul ketika bagian dari sistem saraf yang mengendalikan gerakan mengalami kerusakan, penderita ataksia mengalami kegagalan dalam mengendalikan otot-otot pada tangan dan kaki mereka, sehingga menyebabkan gangguan keseimbangan dan koordinasi atau gangguan GAIT (Glucosamine/chondroitin Arthritis Intervention Trial).
Ataksia Friedreich merupakan penyakit yang diturunkan, dimana terjadi kerusakan progresif pada sistem saraf sehingga menyebabkan gangguan gait dan masalah berbicara sampai penyakit jantung. Penyakit ini dinamakan seperti dokter Nicholaus Friedreich, yang pertama kali mendeskripsikan kondisi tersebut pada tahun 1980.
Ataksia yang merupakan gangguan koordinasi seperti kikuk atau gerakan canggung dan tidak kokoh, muncul pada banyak penyakit dan kondisi. Ataksia Friedreich disebabkan oleh adanya degenerasi atau kemunduran jaringan saraf pada saraf tulang belakang (spinal cord) dan saraf yang mengendalikan gerakan otot lengan dan kaki. Saraf menjadi tipis dan sel-sel saraf kehilangan serabut myelin.
Sebagian besar gangguan yang menghasilkan ataksia menyebabkan bagian dari otak yang disebut serebelum (otak kecil) memburuk atau atrofi, kadang urat saraf tulang belakang (spinal cord) juga terpengaruhi. Degenerasi serebelar dan spinosereberal digunakan untuk mendeskripsikan perubahan yang terjadi pada sistem saraf manusia, namun bukan diagnosa yang spesifik. Degenerasi sereberal dan spinosereberal memiliki banyak penyebab.
Gejala yang terjadi pada penderita ataksia (ataxia) tergantung pada tipe ataksia itu sendiri, kelainan resesif umumnya menyebabkan gejala dimulai sejak kanak-kanak dibandingkan dewasa. Bagaimanapun juga, dalam tahun-tahun terakhir, sejak tes genetik tersedia, diketahui ataksia Friedreich mulai terjadi saat dewasa pada beberapa kasus. ataksia dominan sering muncul pada umur 20 tahun sampai 30 tahun atau bahkan lebih tua lagi, kadang individu dapat tidak menunjukan gejala sampai usia 60 tahun.
Biasanya keseimbangan yang terganggu pertama kali, dipengaruhi oleh koordinasi tangan, lengan dan kaki juga kemampuan berbicara adalah gejala umum lainnya. Dalam berjalan akan semakin sulit dan akan ditandai oleh berjalan dengan menempatkan kaki semakin jauh untuk mengimbangi keseimbangan yang buruk.
Gangguan dalam hal lengan dan tangan mempengaruhi kemampuan dalam hal mengontrol suatu gerak yang akan dilakukan seperti menulis dan makan, gerakan mata yang lambat dapat dilihat pada beberapa bentuk ataksia. Seiring berjalannya waktu, dapat mempengaruhi kemampuan dalam berbicara dan menelan.
Ataksia yang diwariskan merupakan kelainan degeneratif yang berkembang selama beberapa tahun, seberapa parah dan kemungkinan akan berujung pada kematian tergantung tipe ataksia, usia dimulainya gejala dan faktor lain hanya sedikit dipahami saat itu. Komplikasi dalam saluran pernapasan akan berakibat fatal pada orang yang memiliki masalah dalam hal menelan yang parah.
Diagnosa ataksia Friedreich dilakukan berdasarkan pemeriksaan klinis termasuk riwayat medis dan melalui pemeriksaan fisik. Tes yang dilakukan meliputi :
1.Elektromiogram (EMG), yang mengukur aktivitas listrik sel-sel otot
2.Studi penghantaran saraf, yang mengukur kecepatan saraf meneruskan rangsangan
3.Elektrokardiogram (EKG), memberikan grafik aktivitas listrik atau pola denyut jantung
4.Ekokardiogram, yang merekam posisi dan gerakan otot jantung
5.Magnitec resonance imaging (MRI) atau computed tomography (CT) scan, yang membuat pencitraan otak dan saraf tulang belakang
6.Spinal tap untuk mengevaluasi cairan serebrospinal
7.Pemeriksaan darah dan urin untuk mengetahui apakah kadar glukosa meningkat
8.Pemeriksaan genetic untuk mengidentifikasi gen yang di pengaruhi
Seiring dengan banyaknya penyakit degeneratif pada sistem saraf, namun belum ada obat atau terapi yang efektif untuk Ataksia Friedriech. Tetapi, banyak gejala dan komplikasi yang dapat ditangani untuk membantu pasien mempertahankan fungsi optimal selama mungkin. Diabetes, jika ada, dapat diobati dengan diet dan pemberian obat seperti insulin.
Masalah orthopedi seperti deformitis kaki dan skoliosis dapat diatasi dengan alat penguat atau operasi, terapi fisik dapat memperlama penggunaan lengan dan kaki. Peneliti berharap kemajuan dalam pemahaman genetik ataksia Friedriech dapat menjadi pemecahan dalam pengobatan.
Penyakit yang diturunkan secara genetik ini tidak dapat dicegah, namun, saat ini banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk memahami penyakit ini lebih lanjut.

Shoulder dislocation/ dislokasi bahu (Cunningham technique reposition).

DISLOKASI PADA SENDI BAHU

Cedera pada bahu sering disebabkan karena lelah, tetapi sering juga terjadi pada pemain tennis, badminton, olahraga lempar dan berenang (internal violence/sebab-sebab yang berasal dari dalam).
Cedera ini biasa juga disebabkan oleh external violence (sebab-sebab yang berasal dari luar), akibat body contact sports, misalnya : sepak bola, rugby dan lain-lain.

Cedera dapat berupa:
1. luksasio / subluksasio dari artikulasio humeri
2. luksasio / subluksasio dari artikulasio akromio klavikularis
3. subdeltoid bursitis
4. strain dari otot-otot atap bahu (rotator cuff)
“luksasio = dislokasi”
Dislokasi adalah keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi atau keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk sendi glenoid yang dangkal serta adanya longgarnya ligament.
Tanda-tanda Dislokasi sendi bahu yaitu:
o   Sendi bahu tidak dapat digerakakkan
o   Korban mengendong tangan yang sakit dengan yang lain
o   Korban tidak bisa memegang bahu yang berlawanan
o   Kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak teraba pada tempatnya
o   Lengkung bahu hilang
o   Tidak dapat digerak-gerakkan
o   Lengan atas sedikit abduksi
o   Lengan bawah sedikit supinasi

Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.
Klasifikasi dislokasi sendi bahu:
o   Dislokasi anterior
o   Dislokasi posterior
o   Dislokasi inferior atau luksasi erekta
o   Dislokasi disertai faktur
o   Congenital
o   Traumatic
Dislokasi anterior
o   Dislokasi anterior lebih sering ditemukan
o   Kaput humerus berada dibawah glenoid, sub korakoid dan sub klavikuler
Gambaran klinis dislokasi anterior
            Terasa sangat nyeri serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur sendi bahu menjadi rata karena kaput humerus bergeser ke depan.
Pengobatan
Dengan pembiusan umum
o   Metode hipocrates
o   Metode kocher
Tanpa pembiusan
o   Teknik menggantungkan lengan
Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi memerlukan tindakan operasi seperti operasi menurut Putti-Platt, Bristow dan Bankart
Komplikasi
o   Kerusakan nervus aksilaris
o   Kerusakan pembuluh darah
o   Tidak dapat tereposisi
o   Sendi menjadi kaku
o   Dislokasi rekuren
Dislokasi posterior
o   Lebih jarang ditemukan
o   Trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna
Gambaran klinis dislokasi posterior
Terasa nyeri tekan serta benjolan dibagian belakang sendi. Tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus.
Dislokasi Congenital
Congenital dislocation berhubungan dengan congenital deformities
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut danpembengkakan di sekitar sendi.
Dislokasi Traumatic
Traumatic dislocation, biasanya disertai benturan keras. Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
·         Dislokasi akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut danpembengkakan di sekitar sendi.
·         Dislokasi kronik
·         Dislokasi berulangterjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.

Fraktur Disloksi
Komplikasi lanjut
Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu,  terutama pada pasien yang berumur 40 tahun.Terjadinya kehilangan rotasi lateral ,yang secara otomatis membatasi Abduks.

PENYEBAB DISLOKASI
Dari segi Etiologi, Dislokasi disebabkan oleh:
1.      Cedera olah raga
Olahraga  yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karensecara tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

2.      Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi
3.      Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin
4.      Patologis : terjadinya ‘tear’ligament dan kapsul articuler yang merupakankompenen vital penghubung tulang


Dari segi Patofisiologi,
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada tangan .Humerus terdorong kedepan ,merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur.Mesti jarang prosesus akromium dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta [dengan tangan mengarah ;lengan ini hampir selalu jatuh membawa kaput ke posisi da bawah karakoid]

PENANGANAN DISLOKASI
Pertolongan pertama :
Hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, kecuali dalam keadaan terpaksa dimana di tempat kejadian tidak ada dokter yang terdekat, barulah kita berikan pertolongan pertama yaitu reposisi.
Reposisi dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1. Metode Stimson (lihat gambar)
metode ini sangat baik. Caranya penderita dibaringkan tertelungkup sambil bagian lengannya yang mengalami dislokasi, keluar dari tepi tempat tidur, menggantung ke bawah. Kemudian diberikan beban yang diikatkan pada lengan bawah dan pergelangan tangan, biasanya dengan dumbbell dengan berat tergantung dari kekuatan otot si penderita. Si penderita disuruh rileks untuk beberapa jam, kemudian bonggol sendi akan masuk dengan sendirinya.
Gambar 2. Cara reposisi dislokasi bahu dengan metode Stimson
2. Penderita dibaringkan terlentang di lantai. Si penolong duduk pada sisi sendi yang lepas. Kaki si penolong menjulur lurus ke dada si penderita, lengan yang lepas sendinya ditarik dengan kedua tangan penolong dengan tenaga yang eras dan kuat, sehingga berbunyi “klik”, ini berarti bonggol sendi masuk kembali.

Reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksternal, serta imobilisasi selama 3-6 minggu
Teknik Hennipen
Secara perlahan dielevasikan sehingga bengkol sendi masuk ke dalam mangkok sendi.pasien duduk atau tidur dengan posisi 45o, siku pasien ditahan oleh tangan kanan penolong dan tangan kiri penolong melakukan rotasi kearahluar(eksternal) sampai 90o dengan lembut dan perlahan,  jika korban merasa nyeri, rotasi eksternal sementara dihentikan sampai terjadi relaksasi otot, kemudian dilanjutkan. Sesudah seraksasi eksternal mencapai 90o maka reposisi akan terjadi, jika reposisi tidak terjadi, maka............
Program rehabilitasi
Penanganan dislokasi pada sendi bahu dapat dilakukan dengan melakukan program rehabilitasi. Program Rehabilitasi secara umum terbagi menjadi Nonoperatif Manajemen dan Operatif manajemen.
a.       Non operatif Rehabilatation
Penanganan rehabilitasi non operatif bertujuan untuk mengoptimalkan stabilisasi sendi bahu,sebab komplikasi dislokasi berulang banyak terjadi.Menghindari maneuver yang bersifat provokativ dan penguatan otot secara hati-hati merupakan komponen penting dalam program rehabilitasi.
Minggu 0-2.Hindari provokatif posisi, termasuk eksternal rotasi,Abduksi,danDistrak.Immobilisasi tergantung umur
§  kurang dari 20 tahun 3-4 minggu
§  20-30 tahun 2-3 minggu
§  Lebih dari 30- 10 hari sampai 2 minggu.
§  Lebih dari 40 tahun 3-5 hari
Program dilanjutkan secara bertahap untuk pemulihan fungsi sesuai prosedurrehabilitasi yang telah ditetapkan.
b.      Operatif Treatment
Tujuan utama rehabilitasi adalah
§  Menjaga integritas stabilitasi bedah kore
§  Memulihkan ROM fungsional secara full
§  Meningkatkan stabilitas Dynamik
§  Kembali aktivitas yang tak dibatasi dan olahraga
Diagnosa Fisioterapi
Gangguan fungsional Bahu akibat post Dislokasi Anterior bahu.Pemerikasaan tambahan spesifik
Problematik Fisioterapi
a.       Nyeri gerak
b.      Keterbatasan ROM
c.       Kelemahan otot
d.      Gangguan ADL
e.       Advance Aktivitas/Atlet
Tujuan Fisioterapi
Jangka pendek
a.       Mengurangi Nyeri gerak
b.      Meningkatkan ROM
c.       Meningkatkan kekuatan otot
d.      Meningkatkan fungsi ADL
e.       Memperbaiki power,endurance dan persiapan aktivitas normal

Jangka panjang
Meningkatkan aktifitas fisik dan kemampuan fungsional pasien.